This blog is part of my digital diary of small stories. A personal blog of anything, including daily life, random adventures, college stuff, lessons learned, and life far from home. Can’t promise I’ll post often, but it’s all from the heart. Sometimes it’s non-sense, but I just feel like writing it anyway.

Belajar Menjadi Manusia Seutuhnya

by

in

 

Beberapa waktu lalu aku sempat menulis tentang kesehatan jiwa, tentang bagaimana setiap luka batin pantas mendapat ruang untuk disembuhkan. Tulisan kali ini adalah kelanjutannya, bagian dari perjalanan yang sama. Karena ternyata, penyembuhan bukan proses yang lurus. Kadang ada hari di mana kita merasa baik-baik saja, lalu esoknya kembali hancur tanpa sebab.

Beberapa bulan terakhir aku merasakan sakit yang entah dari mana asalnya.
Bukan luka fisik, tapi sesuatu yang lebih dalam.
Kadang datang saat malam tiba, kadang muncul tanpa alasan jelas.
Hanya perasaan sesak, kehilangan arah, atau hampa yang sulit dijelaskan.

Aku mencoba mengabaikannya, sibuk dengan aktivitas, berharap rasa itu hilang dengan sendirinya.
Tapi semakin dihindari, semakin ia tumbuh.
Hingga akhirnya aku sadar, mungkin rasa sakit ini datang bukan untuk dilawan, tapi untuk dipahami.

Aku teringat kata-kata Pain dari Naruto:

痛みを感じろ、痛みを考えろ、痛みを受け取れ、痛みを知れ。
Itami o kanjiro, itami o kangaero, itami o uketore, itami o shire.
“Rasakanlah rasa sakit, pikirkanlah rasa sakit, terimalah rasa sakit, dan ketahuilah rasa sakit.”

Ada kalanya kita harus membiarkan diri kita merasakan semuanya.
Rasa kecewa, kehilangan, bahkan penyesalan.
Bukan untuk terjebak di dalamnya, tapi agar kita bisa mengerti siapa diri kita setelah semuanya.

痛みを知らぬ者に本当の平和は分からん。
Itami o shiranu mono ni hontō no heiwa wa wakaran.
“Bagi mereka yang tak mengenal rasa sakit, kedamaian sejati takkan pernah dimengerti.”

Mungkin benar.
Tanpa rasa sakit, kita tidak akan pernah benar-benar menghargai ketenangan.
Tanpa luka, kita tidak akan mengerti makna penyembuhan.

Rasa sakit membuat kita lebih manusiawi.
Ia mengingatkan bahwa kita pernah berjuang, pernah mencintai, pernah peduli.
Ia membuat kita tumbuh, meski dengan cara yang tidak selalu indah.

Dari titik inilah aku belajar untuk tidak lagi mengutuk rasa sakit itu.
Sebaliknya, aku menerimanya.
Aku membiarkannya mengalir, menjadi bagian dari perjalanan hidup yang membentukku.

ここより、世界に痛みを。
Koko yori, sekai ni itami o.
“Dari sini, mari sebarkan pemahaman tentang rasa sakit kepada dunia.”

Padahal sudah umur segini, masih belum bisa memahami.
Masih sering tersesat dalam perasaan sendiri.
Masih bingung membedakan antara luka yang belum sembuh dan luka yang baru muncul.

Mungkin memang begitulah hidup, tidak selalu tentang seberapa cepat kita pulih,
tapi tentang seberapa jujur kita menghadapi diri sendiri.

Aku tidak ingin lagi pura-pura kuat.
Aku hanya ingin jujur bahwa aku juga bisa rapuh.
Dan mungkin, dari kejujuran itu, perlahan aku bisa menemukan arti damai yang sesungguhnya.

Dan untuk kamu yang mungkin sedang merasa sama,
semoga kamu tahu bahwa kamu tidak sendirian.
Tidak apa-apa jika hari ini masih terasa berat.
Tidak apa-apa jika kamu belum mengerti semuanya.
Pelan-pelan saja, biarkan waktu dan keberanianmu yang memulihkan.

Karena setiap luka yang kamu bawa bukan tanda kelemahan,
tapi bukti bahwa kamu masih berjuang

SEMANGAT!


Comments

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *